Aku Berani Minta Maaf — Kisah Ely yang Belajar dari Kesalahan
Pagi yang cerah menyambut halaman perpustakaan MTs Assakinah. Di antara rak-rak buku yang rapi, terlihat seorang siswi bernama Ely — panggilan akrab Elyria — sedang asyik membolak-balik buku berjudul The Queen of Valyriea. Matanya berbinar-binar, seolah tenggelam dalam dunia fantasi yang ia sukai. Tiba-tiba… “Hey, Ely! Kok sendirian di sini?”Suara riang itu membuat Ely kaget dan hampir menjatuhkan bukunya. “Aurora! Kamu bikin aku kaget!”“Maafin aku, El. Aku tadi nanya ke Lorea, katanya dia lihat kamu ke perpustakaan. Makanya aku nyusul!” Ely tersenyum kecil. Tapi Aurora, yang jeli, langsung menangkap ada sesuatu. “Eh, tapi… kenapa wajahmu murung gitu, El?” Ely menunduk. Ia menghela napas panjang, lalu mulai bercerita. “Aku… punya masalah sama Lorea.”“Hah? Serius? Sejak kapan?”“Sepekan lalu. Aku pinjam buku yang ternyata sama persis dengan punya dia — edisi terbatas. Waktu itu hujan baru reda, aku buru-buru lari ke ayunan… dan brukk! Aku jatuh ke lumpur. Buku itu ikut kotor.” “Pas di koridor, Lorea lihat buku itu di tanganku — kotor dan berlumpur. Dia diam, cuma ambil bukunya, bantu aku berdiri, lalu pergi tanpa bicara. Aku… merasa bersalah banget.” “Di kelas, aku lihat dia nangis dekat jendela. Teman-teman bilang, dia nabung berbulan-bulan, rela nggak jajan, cuma buat beli buku itu. Aku… nggak bisa tidur seminggu ini. Bingung gimana minta maaf. Takut dia nggak mau maafin aku. Takut dia benci aku.” Aurora mendengarkan dengan saksama. Lalu ia memegang bahu Ely. “El, jangan takut minta maaf. Justru orang yang berani minta maaf itu mulia. Allah suka sama hamba-Nya yang mau mengakui salah dan memperbaiki. Lebih baik salah minta maaf, daripada benar tapi bikin hati orang lain terluka.” “Besok, kita datengin Lorea bareng-bareng. Aku temani. Oke?” Ely mengangguk, matanya mulai berbinar lagi. Keesokan harinya, Ely dan Aurora berangkat sekolah bersama. Begitu sampai di kelas, mereka melihat Lorea sedang menyapu lantai dengan tenang. Ely mengambil napas dalam-dalam, lalu berjalan mendekat. “Lorea… boleh kita bicara sebentar?” “Boleh, El. Ada apa?” “Aku… mau minta maaf atas kejadian waktu itu. Aku nggak sengaja ngejatuhin bukumu. Dan aku… nggak punya keberanian buat minta maaf langsung. Maafin aku, ya.” Lorea tersenyum lembut. “Oh, itu… aku udah nggak marah kok. Aku cuma sedih waktu itu, karena buku itu berarti banget buat aku.” “Nah, makanya… aku beli buku yang sama persis buat kamu. Ini, sebagai gantinya.” Ely menyerahkan buku baru, masih terbungkus plastik. “Wahh… El, makasih banget! Kamu sekarang udah belajar arti tanggung jawab, ya?”“Iya… dan juga arti minta maaf.”Keduanya tertawa kecil, disusul Aurora yang ikut nimbrung dengan cengiran lebar. 🕌 Hikmah Hari Ini: “Orang yang paling mulia bukan yang tak pernah salah, tapi yang berani mengakui kesalahan dan memperbaikinya.”(Hadits riwayat Imam Bukhari & Muslim) Jangan pernah gengsi untuk meminta maaf.Jangan pernah takut untuk bertanggung jawab.Karena di balik keberanian itu, ada hati yang bersih — dan Allah sangat mencintai hati yang bersih. Penulis : Fadila Rehandra N. (Kelas 8D)
